Katambungnews.com, Palangkaraya - Kalimantan Tengah sudah dilanda banjir dua kali di tahun ini. Hampir seluruh kabupaten dan kota di daerah itu terend
Katambungnews.com, Palangkaraya – Kalimantan Tengah sudah dilanda banjir dua kali di tahun ini. Hampir seluruh kabupaten dan kota di daerah itu terendam. Hal itu tidak terlepas dari menurunnya daya dukung lingkungan. Pemerintah pun didesak menahan laju kerusakan lingkungan lewat evaluasi perizinan.
Pada Agustus-September 2022, banjir menerjang delapan kabupaten di Kalimantan Tengah. Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalteng mencatat setidaknya 12.638 jiwa terdampak di 17 kecamatan dan 72 desa atau kelurahan di seluruh Kalteng.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Kalimantan Tengah, Bayu Herinata, mengatakan, banjir merupakan dampak dari kerusakan lingkungan. Banyak daerah di sekitar hulu sungai-sungai di Kalteng sudah rusak.
“Ini menjadi peringatan bagi pemerintah untuk melakukan upaya pemulihan dan segera mengevaluasi perizinan,” kata Bayu di Palangkaraya, Kamis (29/9/2022).
Bayu mengatakan, bencana akan terulang terus dengan intensitas yang lebih besar jika tidak ada upaya tegas untuk menghentikan laju kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan juga tidak terlepas dari masifnya perizinan di Kalteng. Menurutnya, hal itu membuat kondisi ekologi di Kalteng saat ini dalam kondisi kritis.
Data Greenpeace, tutupan hutan di sekitar Sungai Kahayan pada tahun 1990 mencapai 969.836,1 hektar lalu menurun menjadi 570.847,7 hektar pada tahun 2020 atau menurun sebesar 63 persen dan tersisa 37,1 persen.
Sungai Kahayan memiliki panjang 600 kilometer dan melintas di Kabupaten Pulang Pisau, Gunung Mas, dan Kota Palangkaraya. Meluapnya sungai ini menyebabkan tiga kabupaten dan kota terendam banjir hingga hampir satu bulan.
Lalu, Sungai Mentaya di Kabupaten Kotawaringin Timur, pada tahun 1990 memiliki tutupan hutan di sekitarnya mencapai 923.493,8 hektar dan tersisa 287.714,8 hektar saja di tahun 2020.
Tutupan hutan di sekitar sungai yang panjangnya 400 kilometer itu beralih fungsi menjadi perkebunan sawit. Sungai Mentaya menjadi yang paling kritis dengan sisa hutan di sekitarnya hanya tersisa 19,6 persen.
Tutupan hutan di sekitar Sungai Kaki juga di bawah 30 persen pada tahun 2020 atau tepatnya hanya 26,4 persen, dari sebelumnya 70,6 persen pada tahun 1990. Selain itu, masih ada enam sungai besar lainnya yang melintas di 14 kabupaten dan kota di Kalteng yang kondisinya tidak jauh berbeda, antara lain Sungai Kapuas, Barito, Sebangau, Sebangau Kecil, Sungai Katingan, dan Sungai Seruyan.
Akibatnya, saat hujan dengan intensitas tinggi turun, di bagian hulu tidak mampu menahan laju air. Sementara di bagian hilir, kata Bayu, lahan-lahan gambut tidak mampu menyerap secara maksimal.
“Air hujan yang melimpah dampak dari krisis iklim tidak mampu lagi tertampung, dampaknya ya banjir,” kata Bayu. (Roni Sahala)
COMMENTS