FOTO : Cerminan rusaknya akses jalan penghubung Desa Linau, Kecamatan Rungan - Kuala Kurun, Kecamatan Kurun. BPKNews.co.id - KUALA KURUN - Jalan pe
FOTO : Cerminan rusaknya akses jalan penghubung Desa Linau, Kecamatan Rungan – Kuala Kurun, Kecamatan Kurun.
BPKNews.co.id – KUALA KURUN – Jalan penghubung Kota Kuala Kurun, Kecamatan Kurun dan Desa Linau, Kecamatan Rungan sejauh 43 kilometer kini terkesan tidak lagi terurus. Padahal jalan penghubung antarkecamatan tersebut merupakan akses tercepat warga Kecamatan Rungan, Rungan Barat, Manuhing, Manuhing Raya bahkan wilayah tengah Kabupaten Katingan menuju ibukota Kabupaten Gunung Mas.
Akses Jalan Tumbang Jutuh lingkar luar Kuala Kurun akan menjadi satu fungsi dengan jalan Nasional yaitu Palangka Raya – Tumbang Talaken – Rabambang – Tumbang Jutuh – Kuala Kurun – Sei Hanyo – Puruk Cahu – Muara Teweh akan terkoneksi. Sehingga dapat mempersingkat jarak tempuh menuju Kuala Kurun menjadi 43 kilometer.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun wartawan, pembangunan jalan oleh pemerintah itu dimulai sejak tahun 2013 lalu. Lantaran memiliki potensi strategis membuka keterisolasian, maka pada tahun 2015 Gubernur Kalimantan Tengah kala itu, Agustin Teras Narang penuhi permohonan mantan Bupati Gunung Mas, Hambit Bintih meresmikan jembatan Linau di Desa Linau.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gunung Mas saat itu, Gerhard Daman menyampaikan laporan bahwa proses pembangunan jembatan Linau dilaksanakan dalam tiga tahap. Dimulai tahun 2006 menggunakan dana sharing dengan Pemprov Kalteng, pembangunan tahap kedua pada tahun 2008 dengan menggunakan APBD Kabupaten Gunung Mas. Sedangkan tahap ketiga atau penyelesaian proyek menggunakan dana alokasi umum (DAU) DPA Dinas PU Gunung Mas.
Jurnalis infobanua.co.id biro Gunung Mas, Didik Sudarmadi menuturkan bahwa dirinya pernah melalui Jalan Kuala Kurun – Linau tersebut tahun 2015 silam. Ketika itu, jalan yang masih berupa tanah itu masih dianggap cukup layak dilalui kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Bahkan sempat menjadi akses primadona lantaran dirasa lebih menghemat waktu dan tenaga untuk sampai ke Kota Kuala Kurun. Namun pengalaman lima tahun silam berubah 180 derajat.
“Jalan yang semula dapat ditempuh satu hingga 1,5 jam, kini harus memakan waktu enam jam lebih. Badan jalannya nyaris mustahil dilalui roda dua sekalipun. Jalan ini sangat berbahaya bila dilalui ketika hujan. Di beberapa titik, semak belukar juga mulai menutupi badan jalan,” ungkapnya, Senin (27/7/2020).
Nyaris semua jalan yang memiliki medan menanjak dan menurun, badan jalannya dipastikan rusak tergerus air hujan. Di beberapa titik, sepeda motornya harus berjibaku dengan lumpur.
“Aduh, gak mau lagi saya masuk lewat sini. Medannya gak masuk akal, lewat satu bukit saja membutuhkan waktu satu jam lebih. Itu pun harus dibantu dorong oleh dua orang. Kalau saya sendiri, nggak bakalan bisa lolos dan terpaksa tidur di tengah hutan,” keluhnya.
Padahal, hematnya, jika pemerintah serius mengurusi jalan tersebut dan melakukan pemeliharaan secara rutin, maka badan jalan tersebut tidak akan rusak separah ini.
“Coba kalau sejak awal dilakukan pengerasan sekaligus sampai ke Desa Linau atau dipelihara, maka kondisinya tidak rusak separah ini. Sekarang tidak ada lagi orang yang mau lewat jalan itu, hanya beberapa peladang (petani, Red) lokal saja yang masih memanfaatkan,” ujarnya.
MUBAZIR
Odoy (38) warga Desa Tumbang Baringei, Kecamatan Rungan menuturkan, jembatan Linau yang rampung dibangun pemerintah sejak tahun 2015 silam kini terkesan mubazir. Jembatan Linau yang melintasi Sungai Rungan itu menggunakan rangka baja klas B dengan bentang 100 meter. Sehingga keseluruhan anggaran yang digunakan dalam pembangunan jembatannya senilai Rp 17 miliar lebih. Jembatan itu dibangun oleh kontraktor pelaksana PT. Multi Karya Primas Mandiri dengan prakiraan umur jembatan selama 50 tahun.
Kini bangunan jembatan tersebut hanya dimanfaatkan warga sekitar untuk menyeberang. Sedangkan satu-satunya akses darat untuk bisa ke Kuala Kurun, warga Desa Linau terpaksa memutar jalur menuju Kecamatan Tewah. Keputusan itu pastinya dibayar dengan ongkos dan waktu lebih lama.
“Jauh kalau harus memutar ke Tewah, paling cepat sekitar dua jam. Itu juga kalo nggak ketemu banjir di jalan antara Tewah dan Tumbang Jutuh. Padahal kalo lewat Linau dulu nggak sampai satu jam,” katanya.
Ayah tiga anak tersebut berharap, Pemkab Gunung Mas dapat menyikapi aspirasi terkait perbaikan akses jalan Kuala Kurun – Linau. Sehingga masyarakat tidak lagi memutar satu kecamatan untuk bisa sampai ke ibukota kabupaten.
“Karena warga di sini sering ke Kurun untuk menyelesaikan urusan di pemerintahan. Bukan cuma badan jalan yang dibenahi, namun beberapa jembatan kayu juga harus segera diperbaiki. Karena banyak jembatan kayu yang kondisinya rusak ringan hingga berat,” pungkasnya. (agg/hms)
COMMENTS